Keluhan bahwa anak-anak sekarang kurang mampu menulis, akhir-akhir ini sering terdengar. Padahal sebetulnya kita semua bisa belajar menulis dengan ketekunan. Di dalam artikel ini mungkin ada beberapa petunjuk yang bisa membantu kita dalam menyampaikan pesan tertulis yang komunikatif.
Menjadi Penulis
SERING kita mendengar keluhan bahwa banyak di antara pelajar dan mahasiswa kita kurang mampu menuangkan jalan pikiran dan pendapatnya dalam karya tulis. Di kalangan dinas, laporan-laporan tertulis lambat disiapkan. Kelambatan tadi disebabkan karena kurang terampil menyampaikan gagasan pada kertas secara cepat. Atau kalau laporan muncul, penyampaiannya kurang efektif. Pendapat sinis memang terdengar bahwa kita cuma pandai ngomong, tetapi kurang mampu menulis.
Para redaktur media massa pun diketahui perlu banyak mengubah karangan-karangan yang masuk karena pengarang kurang jelas berkomunikasi dengan pembacanya.
Akibatnya, akhir-akhir ini banyak permintaan untuk menyelenggarakan kursus menulis ilmiah dan juga kursus menulis populer. Kursus satu dua minggu itu tentu hanya menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan karya tulis. Setelah kursus usai, dari peminat masih dituntut disiplin, latihan dan belajar terus sebelum bisa terampil mengungkapkan pendapat melalui karya tulis.
Memang di antara kita ada golongan yang gampang menuangkan gagasannya melalui karya tulis, tetapi kebanyakan dari kita perlu banyak berlatih, berulang-ulang menyiapkan konsep, memeriksa kembali bentuk konsep dengan cermat, baik isi maupun bentuk penyampaiannya, selain mengindahkan kaidah-kaidah bahasa.
Apa sebenarnya komunikasi tulis itu? Ia tidak lain dari mengungkapkan gagasan, menyampaikan informasi, tukar-menukar pendapat melalui urutan-urutan kalimat yang dituangkan pada kertas. Cara dan bentuk penyampaiannya akan menentukan apakah komunikasi itu efektif atau tidak. Apakah pembacanya bisa menangkap gagasannya dengan baik atau tidak.
Karena ada kubu yang berpendapat, menulis itu gampang dan ada pula yang mengatakan penulis perlu bekerja keras, mungkin ada baiknya pendapat Frank Smith dalam Myths of Writing, secara bebas disampaikan disini supaya ada gambaran antara mitos dan realitas dalam berkarya tulis.
Mitos dalam Berkarya Tulis
Ada banyak kesalahpahaman yang dikumpulkan oleh Smith selama tugasnya sebagai profesor bahasa pendidikan pada University of Victoria, di British Columbia, Kanada. Beberapa kesalahpahaman tadi disampaikan dalam tulisan ini:
1. Penulis itu makhluk khusus.
Dalam kenyataannya : Apa kekhususannya? Mereka tidak lebih pandai, lebih peka, lebih disiplin, lebih berbakat dari kelompok-kelompok lainnya. Bedanya ialah mereka menghasilkan karya tulis, sedang yang lainnya tidak. Mengapa yang lainnya tidak berhasil membuat karya tulis mungkin disebabkan karena mitos berikut:
2. Menulis perlu didahului belajar (kursus).
Dalam kenyataannya: Membaca dan menulis dapat dipelajari dalam proses membaca dan menulis. Berkarya tulis memerlukan bertahun-tahun praktek untuk mencapai kelancaran dan keterampilan. Kemampuan tadi hanya diperoleh dengan praktek dan tidak dengan mengikuti kursus-kursus. Bagi anak sudah tentu diperlukan bimbingan untuk memahami motivasi menulis. Pendapat “belajar dulu, kemudian baru menulis”, mengakibatkan orang terlalu banyak menekan aspek “peraturan-peraturan”, tetapi kurang menekankan perlunya peminat mengalami dan memahami perjalanan praktek belajar berkarya tulis.
3. Kemampuan menulis dapat diperoleh dari pengalaman.
Dalam kenyataannya: Di sekolah, latihan-latihan jauh dari cukup untuk mengetahui segala macam kelemahan dan kesalahan tata tertib menulis, apalagi untuk memahami seluk-beluk gaya dan ungkapan. Sumber pengetahuan yang kaya dapat dipercaya untuk menimba ilmu pengetahuan tentang bahasa tulis ialah karya tulis yang telah dihasilkan oleh orang lain. Jadi sambil belajar menulis kita juga membaca banyak.
Santiaji lainnya: Memanfaatkan Waktu Dengan Efektif
4. Berkarya tulis karena ada pesan yang perlu disampaikan.
Dalam kenyataannya: Gagasan datang sambil menulis. Karya tulis tidak akan pernah muncul, kalau yang berminat selalu menunggu-nunggu sampai ada pesan yang perlu disampaikan. Jadi mulailah menulis. Perihal pesan yang akan disampaikan jangan terlalu dirisaukan terlebih dulu. Saran ini juga berlaku bagi para pemula yang bermaksud menulis nota, memo, cerita pendek, novel, sandiwara, buku harian, laporan riset dan lain-lain.
5. Dari semula karya tulis perlu baik.
Dalam kenyataannya: Semula penulis berpengalaman mengetahui bahwa berkarya tulis didahului oleh banyak konsep dan berulang-ulang perlu direvisi, disempurnakan sebelum karya sampai terbentuk yang memuaskan. Keleluasaan berkarya tulis ialah bahwa karya tidak perlu sempurna untuk pertama kali. Konsep terus-menerus dapat diperbaiki, bahkan karya dapat dibuang. Jarang terjadi, penulis dapat menghasilkan karya sempurna, sekali jadi. Latihan-latihan intensif sangat diperlukan untuk sampai ke taraf sekali jadi tadi. Hanya karena ada kebebasan untuk berkarya dimana dan kapan saja, penulis dapat menghasilkan konsep-konsep dalam bentuk yang siap baca.
6. Karya tulis dapat dipesan.
Dalam kenyataannya: Penulis berpengalaman akan mengetahui justru kalau ada pesanan dan didesak oleh waktu, karya yang ditunggu sukar muncul. Sebaliknya, tanpa diduga-duga karya dapat muncul dimana saja dan kapan saja. Kemampuan menulis berdasarkan pesanan dan menulis yang akan keluar secara spontan, keduanya erat berkaitan dan keduanya sama pentingnya.
7. Berkarya tulis ialah kegiatan yang menyendiri.
Dalam kenyataannya: Dalam proses berkarya diperlukan rangsangan diskusi, mendengarkan tentang pilihan-pilihan ungkapan, pergaulan yang dapat menyebabkan hal-hal yang tak terduga, yang dapat berakibat berbagai ketegangan. Terutama dalam dalam taraf belajar adalah penting sekali kalau para pemula tadi belajar bersama, baik itu menyiapkan surat, laporan maupun cerita. Kemampuan menulis akan datang sebagai hasil pengalaman. Taraf itu tidak selalu mudah dicapai.
8. Berkarya tulis itu sama untuk semua orang.
Dalam kenyataannya: Penulis memang bisa bersikap aneh-aneh. Ada yang suka menulis di pagi hari, malam hari, ada yang lebih suka merekam gagasannya pada tape atau menggunakan piranti lain-lainnya. Hasil karya penulis tidak penulis tidak selalu bisa diramalkan. Cara kerja yang aneh-aneh dari penulis itu sebaiknya diterima saja.
9. Mereka yang tidak menyukai menulis dapat mengajar anak menulis.
Dalam kenyataannya: Mereka yang akan mengajar anak menulis, harus dapat (1) Menunjukkan manfaat menulis, (2) Menunjukkan cara menulis. Minat menulis pada anak akan timbul kalau dia memperoleh bimbingan guru yang juga punya minat menulis.
Kamu pun bisa menjadi penulis.
Wawasan: Antara Mitos dan Realitas dalam Berkarya Tulis